Cerita untuk mama
januari 2010, kata mama kalau aku punya uang, uangnya jangan di habiskan, harus pandai nabung, hemat, pakai seperlunya, pi maaf ya ma adi kali ini bandel banget, ga pernah dengerin kata2 mama, uang kiriman mama slalu adi habiskan, mama jangan marahya ma adi, walaupn uang kriman mama slalu habis, pi itu semua adi gunakn demi keperluan sekolah, mama jangan marahnya, law adi b0leh ng0m0ng sebenarnya uang kriman mama cuma cukup buat adi jajan 2ribu/hari, bulan kemarin SPP adi blum bayar 5bulan, adi bru bayar 1bulan,.. Gara2 SPP blum lunas adi dapat Matrai dri sekolah, pi hanya dalam 1minggu adi dapat biaya siswa... Mama senengkan, sama ma adipun seneng... Sekarang mama jangan cemas lg ya, jgan repot2 krimmin uang buat adi,.. Mama mafin adi ya liburan idul fitri kmarin adi ga bsa pulang, mama adi rasanya pingin nanggis law ingat ma mama, adi kangen ma, adi ingin bepat pulang, mama ni adi punya crita tentang kita dulu, adi harap mama suka,
"Cerita untuk ibu (Mama)"
11 tahun lalu, aku seperti boneka, terdiam tanpa kata, sempat ku teteskan air mata, dia pergi dari ku, dia meningalkan kenangan, dia akhiri cerita ku,
inilah rumah ku yang tak trawat, atap-atapnya hitam sepi tak berpenghuni, merek selalu sibuk dan sibuk, di rumah aku selalu sendiri, terkadang aku teriak-teriak menangis, memangil mangil nama mama, munkin karena terlalu ber'imajenasi, sehinga aku di hantui rasa ketakutan, halaman rumah ku luas, banyak pohon-pohon di sana, suasananya sejuk, tenang dan jauh dari keramaian, terkadang aku dan bapak'ku selalu bersama, kemanapun bapak pergi aku selalu ikut, bapak tidak sampai hati melihat ku sendiri di rumah yang sering menangis sendirian, pernah bapak'ku bermain tempat seorang wanita, mereka seperti anak remaja, ada tawa canda terlukikan, Sedangkan aku bermain bersama anak wanita itu, sesekali aku mamandang bapak dari kejauhan, aku takut akan terjadi sesuatu pada bapak, namun aku terlalu hanyut bermain bersama anak wanita itu, lari-lari, main petak umpet, mandi-mandi dll, selalu kami lakukan setiap kali bertemu, kami selalu akrab, kami seperti layaknya teman sejati, dia teman terbaik ku yang pernah ku kenal, dia seorang wanita yang cerita, jujur selama di rumah aku tidak memilik teman, aku selalu sendiri tak terkecuali bapak. Bapak sering membawa ku jalan-jalan berkeliling desa, mulai melihat-lihat kebun sawit, rangkaian bukit-bukit, dan masih banyak lagi, hinga aku merasa seperti anak jalanan, yang tak ingat makan dan minum bahkan tak ingat waktu, kebersamaan ku dengan bapak tak dapat terlukiskan degan kata-kata, aku sangat sayang bapak'ku, aku ingin kebahagian yang ku milikit bisa abadi. Tawa, canda, dan keceriaan selalu bapak tunjukan pada ku, bapak juga sering usil kepada ku, menganguk-angukan dagunya di atas kepala ku, jangutnya yang tajam terasa menusuk-nusuk di kepala ku, walaupun dalam perjalanan terasa panjang, panasnya bukan main karena teriknya matahari, namun aku tak merasakan keletihan sama sekali, aku sangat menikmati hidup ku yang bahagia ini. ketika sampai di sebuah warung tepat di bawah pohon besar, aku duduk besandar di bawahnya, pohonya rindang walaupun tak ada angin tetapi cukup nyaman untuk istirahat sejenak, bapak sepertinya sudah tau, apa yang aku inginkan, seingat ku dia membelikan aku es sari kacang hijau, dengan cepat aku raih es yg bapak'ku bawa, terasa nikmat dan segar di tengorokan ku, hinga aku merasa tak puas dan mengingnkan lagi, bapak tak memenuhi permintaan ku katanya tak ada uang, namun bapak'ku berjanji akan memblikan lagi di lain waktu, ia sering memanjaku, apapun yg ku mau selalu ia penuhinya, kata bapak aku adalah anak kesayagan, anak yang paling ganteng yang selalu bapak bangakan, bapak juga pernah berpesan kepada ku kata bapak "kelak jadilah orang yang sukses, jangan seperti bapak", kalimat yang singat itu menjadi bahan inspirari dalam hidup ku, bahkan selalu aku ingat sampai kapan pun, bapak juga sering berkata kata yang berlebihan sehinga membuat aku tersenyum malu-malu terlebih lagi jika di depan orang, terkadang bapak juga mengajak ku bercanda, sehinga keluarlah kata-kata ku yang lugu, yang membuat bapak tertawa, terakhir dia membelikan aku pistol berwarna hitam, sekilas terlihat sunguhan, pistol itu ku tunjukn pada teman-teman ku, aku senang degan pistol baru ku!
pukul 03:00 dini hari, aku terbangun, ini tak wajar bagi ku, karena aku selalu bangun siang, terasa berat membuka mata, apa lagi untuk bediri, ku singkirkan selimut, yang menutupi tubuh ku, udara sejuk mulai terasa menusuk, hinga aku sdikit mengigil, di samping atas, terlihat lampu minyak tergantung, mengeluarkan asap hitam, yang menempel di dinding-dinding kayu, mama memandang ku, memandang mata ku yang sayup-sayup, dia tersenyum kecut, ada yang di rahasiakn dari ku, memegang erat tangan ku, menuntun menyusuri pintu kamar yang gelap dan samar, menarik dari tempat tidur ku untuk kuluar kamar, tepat di depan kamar, terlihat sesosok wanita, yang tak asing di mata ku, dia memakai pakain baru dan cerah, degan bibirnya yang merah, Di tambah bedaknya yang tebal di sekujur wajahnya, sehinga terlihat berbinar binar dan tersenyum lebar kepada ku, yang mengambarkan keramahan dan kebahagianan, di sudut yang berbeda terdapat dua_lelaki mengelilingi lampu minyak, lampu itu terbuat dari kaleng susu-susu "cap enak", percis lampu di kamar ku, salah satu lelaki itu adalah saudara ku, mereka duduk manis, bagaikan orang-orang berdasi yang sedang rapat, mereka bercengkrama, berbasa basi atau sekedar menayakn kabar, Tak ada secangkir kopi atau teh manis di sana, berulang kali tuan rumah menawrkan minum, berulang kali pula wanita itu menolaknya, "tidak usah repot-repot, kami hanya sebentar" ucap wanita itu,
wanita itu mengulurkan ke_dua tangan ya, memberikan kode kepadb ku, agar aku segera mendekatinya, aku tersandar di pelukannya, wangi parfumnya semerbak membom bardir hidung ku, sepertinya wanita itu akan melakukan perjalanan jauh, atau untuk menghadiri pesta, wanita itu terus memeluk ku, mengelus-elus rambut ku, bahkan pipi dan kening ku di cium berkali-kali, sambil membisikan kata-kata, yang tak ku mengerti, aku semangkin penasaran, maksud kedatangan wanita itu, Lahan perlahan dada ku trasa sesak, jantung ku berdetak, pikiran ku semakin tidak karuan, aku mulai meneteskn air mata, seakan2 aku mengerti, apa yg sbenar ya terjadi, dia berusaha untuk membaringkan ku di pelukannya.
aku terisak-isa tak tertahankan, mata ku memerah, ingin aku menangis dan teriak sekeras-keras mungkin, namun ada rasa malu di pikran ku, air mata ku terus keluar layaknya tetesan hujan, mengalir mengikuti lekukn pipi ku, terasa asin dan sdikt pahit, ku usapkan degan ke dua lengan ku, sampai berulang kali, kata-kata dua lelaki itu semangkin kasar, merka seprti musuh, mereka bukan seperti saudara, ikatan saudara di antra mereka semakin pudar, Mereka seperti patung-patung di tengah gurun, yang terdiam menahan amarah, Air mata ku terus mengalir, tak sempat ku tahan, terhenti di di bawah bibir yang terbuka, tetesannya yang mengalir terus membasahi dada, sesekali aku usapkan, dengan baju batman ku, baju yang dulu selalu aku pakai, baju favorit yang sekarang tak ku pakai lagi, mungkin baju-baju itu telah usang, atau jadi kain lap di meja makan, sempat ku tahan, karna perih dan sedih, yang tak terbayangkan, aku yakin mama dan saudara ku merasakan apa yg ku rasakan, suasana malam itu semakin tegang, rasa kecewa, benci dan sedih menghiasi malam itu, udara di luar sana trasa sejuk, angin-angin berhembusan, daun berguguran, awan pekat hitam bergulung-gulung, menandakan sesuatu akan terjadi,
dua lelaki itu nampak terdiam, menundukan kepala, bersandar di dinding-dinding, yang becoret-coret pensil, tak ada kesepakatan di antara mereka, salah satu lelaki itu menghampiri ku, rambut lelaki itu sedikt panjang, ikal-ikal atau keriting kumal, usianya setengah umur, dia mengusapkan air mata ku dengan jarinya yang hitam, sidik jarinya yang timbul shinga terasa kasar di wajah ku, memeluk tubuh kecil ku yang kurus, mencium kening ku, sambil memberikan beberapa pesan, menganguk-anguk di bahuku, jangutnya yang tamjam terasa menusuk nusuk, ada penyesalan di benak lelaki itu, bahkan aku sempat mendngar rintihan, begitu jg matanya, mengeluarkan sedikit air, "air mata buaya", perlahan-lahan dia melepaskn tubuh ku, lelaki itu memegang kepala ku, merapi kan rambut dan membilaskan air mata ku, begitu juga dengan wanita itu mengulurkan tangannya untuk yang kedua kalinya, dengan terpaksa ku cium, sebagai tanda perpisahan, mungkin wanita dan lelaki itu merasa tak enak dengan mama dan saudara ku, sehinga mereka hanya mengucapkan salam kepada ku, aku bediri rapuh di samping mama, beberapa kali mama membrikan kata kata kepada ku, seperti mama tidak merasakn apa-apa, namun aku yakin, hatinya sangat tersayat, memendam kebencian, walau pun mama trlihat dingin-dingin saja, pandangan ku semakin tak jelas, kata-kata sabar berulang kali ku dengar, perlahan-lahan mereka melangkah, menyisakan telapak kaki di tempat dulu aku dan bapak bermain, bercan dan bercerita. lelaki dan wanita itu duduk di j0k m0t0r yang sempit, warna kusam dan sampulnya mulai mengerut menandakan busanya mulai menyusut, mereka melambaikan tangan, menjauhi kebersamaan yang bertahun-tahun pernah terbina, lampu-lampu mulai tak terlihat, suara motor mulai tak terdengar, sejauh mata memandang, semuanya terasa gelap, malam itu benar benar sunyi dan sepi, hinga pagi itu tiba, untuk pertama kalinya, aku hanya sendiri tanpa seorng bapak, terkadang sulit menerima kenyataan, terasa berat dan pilu jika di bayangkan. tawa, canda, kasih syang, bahkan rasa rindu, slalu menghiasi hari sepi ku, yang pada akhirnya kerinduan berubah menjadi kebencian yang kekal dalam hidup ku.
dia pergi dari hidup ku, dia meningalkan kenangan, dia akhiri cerita ku, dia meningalkan ku di masa kecil, masa-masa ku yang tak bahagia,...
"kata mama, wanita itu adalah ibu tiri ku"

















